Selasa, 11 Oktober 2016

Salim A Fillah : Bekerja itu Ibadah, Rezeki itu Urusanya Allah

0

Sayidah Hajar, Istri Nabi Ibrahim Alaihi Salaam itu ketika diuji oleh Allah Subhanahu Wataala, bayi Ismail menangis sementara air susunya sudah habis. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya Sayidah Hajar berlari naik keatas bukit Safa, adakah orang yang bisa dimintai pertolongan. Kemudian melihat kebawah, adakah mata air yang memungkinkan untuk diambil. Kemudian Sayidah Hajar berlari kearah bukit Marwah, balik lagi ke Safa dan terus berulang sampai tujuh kali. Setelah keletihan yang memuncak, ternyata mata air Zam-Zam muncul dibawah kaki Nabi Ismail”.
Sepenggal kisah Sayidah Hajar mencari rezeki dengan melakukan ikhtiar berlari, ternyata Allah berikan rezeki dari tempat yang tidak terduga. Demikianlah Allah memberikan rezeki bagi orang yang bertaqwa dari jalan yang tidak terduga, tidak selalu melalui jalan Ikhtiarnya, dimana tempat rezeki itu berada terserah Allah. Tugas kita hanya beribadah dan bekerja sesuai dengan arahan Allah.
Antara bekerja dan rezeki, bukanlah dua hal yang selalu harus menjadi hukum sebab akibat, karena rezeki kadang perlu kita tafakuri. Rasulullah pernah bersabda bahwa “Sesungguhnya rezeki itu akan mecari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.”
Imam Al Ghazali pernah mengucapkan bahwa bisa jadi engkau tidak tau dimana rezekimu, namun rezekimu tau dimana engkau. Jika rezeki itu ada dilangit maka Allah akan turunkan, jika rezeki itu berada didalam bumi maka Allah akan perintahkan untuk muncul supaya berjumpa dengan kita.
Rezeki itu punya perjalananya dan perjalanan rezeki menuju kita terkadang lebih dahsyat. Sebagai contoh sederhana adalah bagaimana Allah kirimkan makanan sebagai rezeki seekor Cicak, semua yang dimakan cicak adalah binatang yang terbang, sedangkan Cicak hanya bisa menempel di dinding. Namun ketika Allah sudah perintahkan rezeki itu mendekat, maka dengan cepat mendekat.
Maka sudah jelas bahwa rezeki itu sudah dijamin oleh Allah, sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan, yang perlu kita khawatirkan adalah  pertanyaan atas rezeki itu sendiri. Rezeki yang Allah berikan kepada kita itu digunakan untuk apa. Jadi yang terpenting bukan punya apa, namun kita harus memiliki jawaban ketika rezeki Allah itu datang, buat apa?
Dikutip dari ceramah Ustadz Salim A Fillah

Senin, 10 Oktober 2016

Insya Allah, jika Allah Menghendaki

0

Suatu hari, Rosulullah Shalallahu ‘alayhi wassalam didatangi oleh beberapa orang. Orang tersebut adalah orangQuraisy. Mereka mendatangi Rosulullah Shalallahu ‘alayhi wassalam karena hendak bertanya tentang suatu hal yakni tentang ruh, kisah Ashabul Kahfi, dan kisah Dzulkarnain. Lalu beliau Shalallahu ‘alayhi wassalammenjawab “Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan kepadamu.”
Keesokkan harinya, orang Quraisy pun mendatangi Rosulullah Shalallahu ‘alayhi wassalam. Namun wahyu belum turun sehingga beliau Shalallahu ‘alayhi wassalam belum dapat menjawab pertanyaan orang-orangQuraisy tersebut. Hari-hari berikutnya pun wahyu belum juga turun
Kenapa wahyu belum segera turun kepada Rosulullah Shalallahu ‘alayhi wassalam? Ternyata, ketika RosulullahShalallahu ‘alayhi wassalam mengiyakan atau menjanjikan akan menjawab pertanyaan pada keesokkan harinya, beliau lupa mengucapkan suatu kalimat. Kalimat apa itu? Benar, kalimat Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki). Karena hal tersebut lah maka turun firman Allah Subhanahu wata’ala yang di bawa Jibril ‘Alayhissalam. Firman tersebut adalah Qur’an Surat Al Kahfi ayat 23 dan 24.
“Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, ‘Aku pasti melakukan itu besok’, kecuali (dengan mengatakan), ‘Insya Allah.’ Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, ‘Mudah-mudahan Tuhanku akan memberi petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.’” (Qur’an Surat Al Kahfi: 23-24)
Ayat tersebut merupakan teguran Allah Subhanahu wata’ala kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alayhi wassalam karena beliau Shalallahu ‘alayhi wassalam terlupa mengucap kalimat Insya Allah ketika mengiyakan permintaan orang Quraisy pada saat itu.
Setelah hal tesebut terjadi, maka Rosulullah Shalallahu ‘alayhi wassalam bertaubat dan akhirnya turun wahyu yang merupakan jawaban dari pertanyaan orang-orang Quraisy.
Nah, sirah di atas merupakan bukti bahwasanya segala sesuatu yang kita janjikan dan kita inginkan akan terjadi apabila Allah Subhanahu wata’ala telah berkehendak. Perkara yang baik maupun yang buruk sekalipun apabila Allah Subhanahu wata’ala belum berkehendak, maka perkara tersebut belum akan terjadi. Contohnya adalah pencurian di sebuah perumahan. Perbuatan tersebut merupakan hal yang sangat tercela lagi dilarang oleh Allah Subhanahu wata’ala dan rosul-Nya. Namun hal tersebut tidak akan terjadi tanpa kehendak AllahSubhanahu wata’ala. Sama halnya apabila kita ingin berbuat baik atau beramal shaleh. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila Allah Subhanahu wata’ala belum berkehendak.
Pandangan kita tentang baik buruknya suatu hal terkadang berbeda dengan pandangan Allah Subhanahuwata’ala. Sebagaimana fiman-Nya di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 216. Allah Subhanahu wata’alaberfirman yang artinya,
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qur’an Surat Al Baqarah: 216)
Begitulah adanya, Allah Subhanahu wata’ala lebih mengetahui tentang apa yang terbaik untuk kita daripada kita sendiri. Hal tersebut karena Allah Subhanahu wata’ala adalah rabbuna warabbukum, Rabb ku dan Rabb mu, penciptaku dan penciptamu.
Selain itu apabila kita menjanjikan sesuatu kepada orang lain, maka ucapkanlah Insya Allah. Insya Allah, AllahSubhanahu wata’ala akan menghendaki apa yang akan kita lakukan.
Wallahu a’lam bishawab.
Sumber : http://alhurriyyah.lk.ipb.ac.id/2016/07/insya-allah-jika-allah-menghendaki/

Perhatian Islam Dalam Menjaga Kesehatan Manusia

0

Ada dua nikmat yang mayoritas manusia lupa dengannya, yakni nikmat sehat dan kesempatan.”
(HR Muslim)
Kesehatan merupakan salah satu nikmat yang wajib kita syukuri. Fisik yang sehat akan menjadi penunjang utama untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. Bisa dibayangkan ketika sakit kita akan kesulitan melakukan segala aktivitas. Semua makanan terasa kurang enak, ingin bekerja tapi fisik lemah, bahkan bisa mengurangi kekhusyukan ketika beribadah. Islam sungguh luar biasa dalam memperhatikan aspek kesehatan manusia. Hal ini-pun telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW berabad lalu. Menerapkan pola hidup sehat yang bahkan baru mampu terungkap faidahnya oleh para peneliti beberapa tahun belakangan. Sunnah dari Rasulullah ini telah terbukti secara riil. Sejarah mengatakan bahwa beliau hampir tidak pernah sakit meskipun aktivitas-aktivitas dakwah menyita seluruh waktu beliau, bahkan untuk istirahat sekalipun. Pernah sekali waktu beliau berperang tanpa henti selama beberapa hari, bersiaga di pinggiran kota Madinah demi menjaga agar pasukan Ahzab tidak memasuki kota. Maka sudah sepantasnya kita mencontoh pola hidup sehat Rasulullah SAW agar terhindar dari berbagai penyakit. Lalu, bagaimana Islam memberikan petunjuk dalam menjaga kesehatan manusia?
    1. Makan secukupnya, jangan berlebihan. Dengan makan secukupnya maka kinerja lambung dapat tetap terjaga, tidak kekurangan juga tidak berlebihan. Makan secara berlebihan juga dapat menimbulkan rasa kantuk yang pada akhirnya membuat aktivitas kita terasa lebih melelahkan dari biasanya. Allah juga berfirman dalam Alqur’an Surah Al-A’raf ayat 31 bahwa Allah tidak suka terhadap orang-orang yang berlebihan.
    2. Disunnahkan makan dengan tiga jari (ibu jari, telunjuk, jari tengah) dan menjilatinya setelah selesai. Makan dengan tiga jari membuat makanan yang masuk lebih sedikit jumlahnya sehingga membuat enzim ptialin berfungsi maksimal. selain itu makanan dapat dikunyah lebih lembut dan lebih mudah dicerna lambung. Berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh seseorang, di ujung tiga jari tersebut terdapat enzim RNAse yang dapat mengikat bakteri bersama makanan yang masuk, sehingga dapat menghambat aktivitas bakteri dalam tubuh dan memperkuat proteksi tubuh terhadap penyakit.
    3. Tidak dianjurkan mencampur makanan darat dengan makanan laut, misal makan ikan berbarengan makan ayam. Mengapa hal ini tidak dianjurkan? Makanan laut mengandung ion (-) sedangkan makanan darat mengandung ion (+). Keduanya akan tarik menarik jika dimakan bersama dan ini akan menimbulkan penyakit seperti munculnya gangguan pada usus.


Itulah tiga dari sekian banyak hal yang biasa dilakukan Rasulullah SAW dalam menerapkan pola hidup sehat. Merupakan sebuah keharusan bagi kita untuk selalu bersyukur dengan nikmat sehat yang dikaruniakan oleh Allah ini. Sudah sewajarnya kita menjaga kesehatan dan tidak berlebihan sebagai salah ungkapan rasa syukur atas pemberian Allah SWT.
Semoga Allah selalu mengaruniakan hidayah kepada kita agar selalu istiqamah dalam mengikuti sunnah nabi-Nya yang mulia.
Allahu a’lam bis-shawaab
@y_yin49
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html