Rabu, 30 Maret 2016

Seberapa Tangguhkah Dirimu?

0

Hallo, namaku Laura, biasa dipanggil Lau oleh teman-temanku. Aku adalah mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Sore ini aku dan beberapa kawan telah membuat janji temu di rumah salah satu teman untuk rapat membicarakan persiapan sebuah acara di kampus kami.

Hmm, sore ini mendung sekali ya, mungkin sebentar lagi hujan akan turun, aku harus segera berangkat agar tak kehujanan, begitu kata batinku. Aku bergegas mengunci pintu indekos lalu mulai menyalakan motor dan berangkat menuju lokasi janjian dengan teman yang akan nebeng motor. Aku tak ingin membuatnya menunggu.

Sepuluh meter motorku berjalan, tiba-tiba hujan turun, semakin lama butiran-butirannya semakin menghunjam keras menampar-nampar pipi dan bahu yang belum sempat terlindungi. Oh Allah, aku lupa mengecek apakah ada jas hujan di motor?

Aku berhenti, berteduh di emper toko, kemudian aku membuka jok untuk mengambil jas hujan, namun ternyata aku tak membawanya. Aku memutar otak, bagaimana agar aku bisa mendapatkan jas hujan. Kutengok kanan kiri, tak kudapati toko swalayan yang mungkin menjual jas hujan. Aku tak menyerah, kuterjang derasnya hujan untuk berlari, berharap menemukan swalayan yang menjual jas hujan di ujung jalan sana.

Cukup jauh aku berlari, kusapu kerudungku: basah! Tak apa, aku hanya perlu bersabar menahan dinginnya air hujan yang membasahi bajuku.

“Mas, maaf, ada jas hujan nggak ya?”

“Wah maaf mbak sedang kosong”

“Oh ya, terima kasih, Mas”

Oke baiklah, mungkin memang belum rezekiku makanya di sini nggak ada jas hujan yang kucari, itu tandanya Allah ingin aku berusaha lebih keras lagi. Bukankah kadang kita hanya terlalu cepat menyerah dengan keadaan padahal kita belum berupaya maksimal?
Aku teringat dengan Sofi, temanku yang berencana nebeng denganku sore ini. Kuhubungi dia melalui telepon genggamku, dia mengatakan terjebak hujan dan masih belum berangkat dari rumahnya. Dia minta aku duluan saja agar tidak semakin terlambat.

Aku masih di emperan swalayan, menunggu hujan agak sedikit reda agar aku bisa berlari lagi mencari swalayan lain dengan misi pencarian jas hujan. Kemudian hp ku berbunyi, ternyata ada chat masuk dari Galih.

“Lau, hujan deres nih, jadi naik motor? Posisi di mana?”

“Iya nih kehujanan. Di swalayan X, di motor nggak ada jas hujan dan ini udah lari ke swalayan tapi ternyata lagi kosong jas hujannya.”

“Walah terus gimana? Sendirian to? Kirain tadi jadi berangkat berdua sama sofi… Saya mau nawarin kalian bareng mobil saya aja biar nggak kehujanan.”

“Walah terus gimana? Sendirian to? Kirain tadi jadi berangkat berdua sama sofi… Saya mau nawarin kalian bareng mobil saya aja biar nggak kehujanan.”

“Emm, tadi Sofi bilang masih di rumahnya, akan lama kalau menunggu dia, makanya dia minta ditinggal aja. Galih sama siapa di mobil? Kalau ada temannya, saya mau bareng aja deh, karena hujannya deres banget gini.”

“Sendirian sih.”

“Oh yaudah kalau sendirian, dan nggak mungkin kita nungguin Sofi karena masih jauh, mendingan sekarang Galih berangkat duluan aja biar nggak semakin telat. Nggak enak nih sama Nining yang udah merencanakan rapat hari ini jam 4.”

“Yakin nggak papa? Saya mau jalan sekarang takut dzalim ninggalin yang kehujanan tapi nih.”
Aku belum sempat membalasnya, karena aku sedang menerobos hujan (lagi) menuju swalayan berikutnya dengan satu tekad: aku harus segera menemukan jas hujan. Sederas apapun hujan sore ini, aku harus terus berusaha memegang prinsipku untuk tidak berdua-duaan di dalam mobil dengan laki-laki yang bukan mahram, lebih baik aku kehujanan daripada Allah tak ridha atas apa yang aku lakukan. Dan taraaaa, Allah mengizinkanku menjaga prinsipku: penjaga swalayan mengatakan ada jas hujan di swalayan kedua ini.

“Alhamdulillah… Saya beli satu ya, Mbak.”
Selesai aku bertransaksi, aku bergegas menuju motorku, lalu mengecek hp ku. Kubuka chat dari Galih yang tadi belum sempat kubalas.

“Lau, gimana udah dapet jas hujannya?”

“Gal, saya udah dapet jas hujannya nih. Saya on the way.”

“Saya masih di seberang tempat motormu parkir. Hati-hati ya”

“Ya”, aku menengok ke arah seberang, kulihat ada mobil warna putih disana, mungkin itu Galih, mungkin.
***
Sepanjang hidup, ada hal-hal yang bisa kita tolerir namun ada juga yang tidak. Terkadang Allah menempatkan kita pada sebuah kondisi dan situasi yang “menjebak” untuk menguji seberapa tangguh kita menghadapi ujian dan seberapa kuat kita mampu memegang apa yang telah dipilih menjadi prinsip dalam hidup.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari segala bentuk godaan dan kemaksiatan, baik yang sengaja maupun tidak kita sengaja. Semoga Allah juga mampukan kita memegang prinsip dan juga melewati ujian dengan predikat taqwa. Keep fighting to be a good muslim.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/03/26/79757/seberapa-tangguhkah-dirimu/#ixzz44No8Wtum 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Islamic Economic Training

0


Bismillahirahmannirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh

๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป

Bisnis? Darimana bisnis itu datang? Ya! Semua bisnis berasal dari ide. Ide merupakan added value yang akan berkembang menjadi bisnis yang diimplementasikan.

Bagaimana ya jadi entrepreneur yang kreatif?

Atau kamu ingin tahu bagaimana cara membangun bisnis kreatif yang sesuai dengan Al Quran dan ajaran Rasulullah SAW ???

FORUM ROHIS PROGRAM DIPLOMA IPB dengan bangga mempersembahkan Islamic Economic Training (IET) :

๐Ÿ“ƒ Tema: Secret to be a CreativePreneur
๐Ÿ“† Minggu, 17 April 2016
⏰ 08.00 - Selesai
๐Ÿ•Œ TPAI Masjid Al Ghifari

Dengan pembicara yang luar biasa:
๐Ÿ’ฅ Aling Nur Naluri (Alumni IPB & Pendiri Komunitas Salam Rancage)

Serta acara yang keren-keren :
๐Ÿ’ฐDiBis (Diskusi Bisnis)= Sharing, Motivasi, dan Diskusi Bisnis Kreatif
๐Ÿ“ฐ Pelatihan Usaha Kreatif*
๐ŸŽ‚ Launching Sayembara Donat
๐ŸŽค Hiburan
๐Ÿ› souvenir Kerajinan Salam Rancage
๐ŸŽ Doorprise

๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅAyooo segera daftar, dapatkan ilmunya, dan jadilah pebisnis kreatif !!!

๐Ÿ’ต HTM 20K
Format Pendaftaran : IET_Nama_PK/Angkatan
*SMS ke nomor CP 

๐Ÿ“ฑContact Person : 083891321584 

๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป

___________________________

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Media Sosial Forum Rohis Diploma IPB ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

Facebook : Rohis Diploma IPB
Line : http://line.me/ti/p/%40xwc2571s
Email : forum.rohis@gmail.com

Rabu, 23 Maret 2016

Inginkah Derajat kita ditinggikan Allah Swt?

0

Telah berkejaran manusia di muka bumi untuk meraih derajat tertinggi di mata manusia. Untuk tujuan ‘besar’ ini, seluruh macam pengorbanan pun dilakukan setulus hati, tanpa mengenal lelah dan waktu.
Untuk derajat yang didambakan di dunia terkadang bahkan yang halal menjadi haram, dan yang haram menjadi halal.
Adakah pernah terbersit di dalam hati kerinduan mendapatkan derajat yang tinggi dari Pemilik manusia? Jika keinginan itu pernah ada, adakah upaya yang kita kerahkan jauh melebihi upaya kita meraih derajat tertinggi di mata manusia.
Allah Swt telah menjanjikan derajat itu di dalam Surat Mujadilah/58 ayat 11,
ูŠَุฑูۡَุนِ ูฑู„ู„َّู‡ُ ูฑู„َّุฐِูŠู†َ ุกَุงู…َู†ُูˆุงْ ู…ِู†ูƒُู…ۡ ูˆَูฑู„َّุฐِูŠู†َ ุฃُูˆุชُูˆุงْ ูฑู„ุۡนِู„ูۡ…َ ุฏَุฑَุฌَู€ٰุชٍ۬‌ۚ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Syaikh Ahmad al-Musthafa al-Maraghi menjelaskan bahwa makna dari ayat tersebut adalah bahwa Allah Swt akan meninggikan orang-orang yang diberikan ilmu di atas imannya kepada Allah Swt dengan banyak tingkatan (derajat), atau meninggikan orang-orang yang berilmu dari kalangan orang-orang beriman secara khusus dengan banyak tingkatan karamah dan ketinggian martabat.
ูˆูŠุฑูุน ุงู„ุฐูŠู† ุฃูˆุชูˆุง ุงู„ุนู„ู… ุฏุฑุฌุงุช ، ุฃูŠ ูˆูŠุฑูุน ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู† ู…ู†ู‡ู… ุฎุงุตุฉ ุฏุฑุฌุงุช ูู‰ ุงู„ูƒุฑุงู…ุฉ ูˆุนู„ูˆّ ุงู„ู…ู†ุฒู„ุฉ.
(Mufradaat al-Qur’an, Maktabah Syamilah)
Al-Imam Al-Baghawi menegaskan bahwa seorang mukmin yang berilmu posisinya berada di atas orang-orang yang tidak memiliki ilmu beberapa derajat.
ุงู„ู…ุคู…ู† ุงู„ุนุงู„ู… ููˆู‚ ุงู„ุฐูŠ ู„ุง ูŠุนู„ู… ุฏุฑุฌุงุช
(Ma’alim at-Tanzil fi Tafsir al-Qur’an, Maktabah Syamilah)
Al-Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa balasan bagi orang-orang yang berilmu berupa balasan terbaik di akhirat dan berupa karamah di dunia, dan Allah Swt meninggikan orang-orang mukmin di atas selain mukmin, dan orang-orang berilmu di atas orang-orang yang tidak memiliki ilmu.
ุงู„ุซَّูˆَุงุจِ ูِูŠ ุงู„ْุขุฎِุฑَุฉِ ูˆَูِูŠ ุงู„ْูƒَุฑَุงู…َุฉِ ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง، ูَูŠَุฑْูَุนُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†َ ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ู„َูŠْุณَ ุจِู…ُุคْู…ِู†ٍ ูˆَุงู„ْุนَุงู„ِู…َ ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ู„َูŠْุณَ ุจِุนَุงู„ِู…ٍ
Beliau juga menjelaskan bahwa Allah Swt meninggikan orang-orang mukmin karena keimanannya terlebih dahulu, baru kemudian meninggikannya lebih tinggi lagi dengan ilmu yang dimilikinya.
ูَูŠَุฑْูَุนُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†َ ุจِุฅِูŠู…َุงู†ِู‡ِ ุฃَูˆَّู„ًุง ุซُู…َّ ุจِุนِู„ْู…ِู‡ِ ุซَุงู†ِูŠًุง
Berkata Ibn ‘Abbas r.a. bahwa Nabi Sulaiman a.s. telah diberikan kesempatan untuk memilih antara ilmu, harta dan kerajaan, maka ia lebih memilih ilmu. Ternyata dengan pilihannya itu ia juga dikaruniai harta dan kerajaan sekaligus.
ูˆَุนَู†ْ ุงุจْู†ِ ุนَุจَّุงุณٍ: ุฎُูŠِّุฑَ ]ุณُู„َูŠْู…َุงู†ُ] ุนَู„َูŠْู‡ِ ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ [ุจَูŠْู†َ ุงู„ْุนِู„ْู…ِ ูˆَุงู„ْู…َุงู„ِ ูˆَุงู„ْู…ُู„ْูƒِ ูَุงุฎْุชَุงุฑَ ุงู„ْุนِู„ْู…َ ูَุฃُุนْุทِูŠَ ุงู„ู…ุงู„ ูˆุงู„ู…ู„ูƒ ู…ุนู‡.
(Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Maktabah Syamilah)
Abu al-‘Abbas al-Basili at-Tunisi (830H) ketika menafsirkan ayat tersebut mengutip pendapat Ibn Mas’ud r.a. yakni bertambahnya derajat dalam agama mereka jika mereka mengerjakan apa yang diperintahkan dengannya.
ุฏَุฑَุฌَุงุชٍ ูِูŠ ุฏِูŠู†ِู‡ِู…ْ ุฅِุฐَุง ูَุนَู„ُูˆุง ู…َุง ุฃُู…ِุฑُูˆุง ุจِู‡ِ
(Nuktun wa Tanbihatun fi Tafsir al-Qur’an al-Majid, Maktabah Syamilah).
Al Imam Ibn Katsir menambahkan penjelasannya bahwa Allah Swt Maha Mengetahui orang-orang yang memang berhak mendapatkan hal tersebut dan orang-orang yang tidak berhak mendapatkannya.
Beliau mengangkat satu kisah ketika Khaliah ‘Umar r.a. bertanya kepada Nafi’ bin ‘Abdil Harits r.a., pemimpin Makkah yang telah beliau angkat,
“Siapakah yang engkau angkat sebagai khalifah atas penduduk lembah?” Nafi menjawab:”Yang aku angkat sebagai khalifah atas mereka dialah Ibn Abzi, salah seorang budak kami yang telah merdeka.”
Maka ‘Umar r.a. bertanya: “Benarkah engkau telah mengangkat seorang mantan budak sebagai pemimpin mereka?”
Nafi menjawab:” Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya di adalah seorang yang ahli membaca Al-Qur’an, memahami ilmu waris dan pandai berkisah.”
Lalu ‘Umar r.a. pun mengutip sabda Nabi Saw., “Sesungguhnya Allah Swt mengangkat suatu kaum karena Al-Qur’an ini dan merendahkan dengannya juga sebagian lainnya.”
ุฅู† ุงู„ู‡ ูŠุฑูุน ุจู‡ุฐุง ุงูƒุชุจ ู‚ูˆู…ุง ูˆ ูŠุถุน ุจู‡ ุขุฎุฑูŠู†
(Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, Beirut: Dar Al-Fikr, Tanpa Tahun, hlm. 465)
Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa ayat ini turun di hari Jum’at, sebagaimana riwayat dari Muqatil melalui Ibn Abi Hatim, dimana adanya kaum muslimin dari Ahlu Badr yang tentu telah dikenal sebagai kaum yang lebih awal masuk ke dalam Islam, lebih terhormat posisi dan kedudukannya, datang ke majelisnya Rasulullah Saw, namun tidak mendapatkan tempat untuk duduk sehingga mereka berdiri. Tingkat keilmuan mereka memberikan hak lebih kepada mereka atas dasar kehormatan para Ahlu Badr. (Tafsir al-Wasith, Jakarta:GIP, Jilid 3, hlm. 612)
Ayat ini menjadi ayat yang dipilih oleh Al-Imam Al Bukhari sebagai awal dari Kitab Ilmu dalam Shahih Bukhari. Al Hafizh Ibn Hajar Al Atsqalani menjelaskan bahwa derajat yang tinggi mempunyai dua konotasi, yaitu secara ma’nawiyah di dunia dengan memperoleh kedudukan yang tinggi dan reputasi yang bagus, dan hissiyah di akhirat dengan kedudukan yang tinggi di Surga. (Fathul Bari, Jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, hlm. 263)
Jika derajat dari Pemilik manusia yang kita harapkan, dengan izin-Nya, derajat di sisi manusia akan diperoleh dengan penuh keberkahan.
Namun jika hanya derajat dari manusia yang diharapkan, khawatirlah jika kehinaan yang disematkan-Nya di akhirat kelak.
Wallahul musta’an.
Dr. Wido Supraha

Inspiring Muadz bin Jabal: Dai Muda yang Kaya Raya dan Lembut Hati

0

Muadz bin Jabal seorang pemuda Anshar teladan, termasuk golongan Anshar yang pertama masuk Islam dan turut serta dalam baiatul Aqabah dua. Kepandaian dan kepahamannya dalam ilmu agama diakui oleh banyak sahabat, tak terkecuali sang pemimpin Rasulullah SAW yang memberikan testimoni menyejarah : “sepandai-pandainya umatku dalam masalah halal dan haram adalah Muadz bin Jabal”,  bahkan di riwayat yang lain disebutkan Muadz adalah pemimpin para ulama di akhirat nanti.

Karena kefaqihannya inilah Muadz pun dipercaya menjadi duta dakwah di Yaman. Sebuah amanah dan tugas berat menanti di sana, menyebarkan Islam dengan benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Tak heran jika di awal keberangkatan Muadz ke Yaman, serangkaian fit and proper test pun dijalankan oleh Rasulullah SAW. Maka ketika Muadz sukses menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan begitu cerdas dan elegan, wajah Rasulullah SAW pun berseri-seri dan bertutur lugas : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah . . . .”

Di Yaman selain berdakwah menyebarkan dan mengajarkan Islam, Muadz bin Jabal juga berdagang sebagaimana para sahabat lainnya. Karena kepandaian dan ketekunannya pulalah, maka ia berhasil meningkatkan omset dagangnya dan berubah menjadi pribadi yang kaya raya, santun dan faqih. Ketika Rasulullah SAW wafat, Mu’adz masih berada di Yaman. Di masa pemerintahan Abu Bakar, Mu’adz kembali ke Madinah, dan di awal kedatangannya terjadi sebuah kisah indah penuh ukhuwah antara Muadz, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.

Saat Muadz datang dari Yaman, Umar tahu bahwa Mu’adz telah menjadi seorang yang kaya raya. Kekayaan pribadinya meningkat tajam dari beberapa tahun sebelumnya. Seperti biasa, ketegasan dan kewaspadaan ala Umar bin Khaththab berjalan, beliau sebagai penasehat khalifah segera mengusulkan kepada Abu Bakar agar membagi dua kekayaan Muadz dan menyerahkannya kepada negara, sebagai bentuk kehati-hatian sebagai pengelola negara. Abu Bakar tidak segera menyetujui usulan dari Umar, namun tanpa menunggu persetujuan Abu Bakar, secara pribadi Umar bersegera mendatangi Muadz untuk datang sebagai sahabat.

Mu’adz bin Jabal sebagaimana kita ketahui dalam testimoni Rasulullah SAW, adalah orang yang paham tentang halal dan haram. Termasuk halal dan haram dalam transaksi dan perdagangan. Ia tidak mengenal bertransaksi dengan unsur maysir (spekulasi), ghoror (tipuan), gheis (curang) apalagi ikhtikar (menimbun barang) dan riba. Kekayaan yang didapat pun tak lebih dari buah ketekunan dan kecerdasan, yang mendapatkan taufiq dari ar-rozzaq Allah SWT, jauh dari segala syubhat apalagi yang haram.

Maka ketika Umar datang ke rumahnya dan mengemukakan usulannya untuk membagi dua harta tersebut, Muadz pun menolak dengan argumen yang cerdas dan hujjah yang kuat.  Diskusi hangat dua sahabat mulia itu pun berakhir dan Umar berpamitan meninggalkannya. Sungguh ia tidak hasad dan iri dengan kekayaan Muadz, tidak pula ia menuduh Muadz bermaksiat dengan mencari jalan haram dalam menumpuk kekayaan, namun ia hanya takut karena saat itu Islam sedang mengalami kejayaan dan kegemilangan, di luar sana banyak tokoh-tokoh yang memanfaatkan hal tersebut dengan bergelimang harta tanpa kejelasan sumber halalnya. Inilah yang ditakuti Umar, tidak lebih.

Namun uniknya, pagi-pagi sekali keesokan harinya Mu’adz bin Jabal terlihat segera bertandang ke rumah Umar. Apa yang dilakukan Muadz setelah apa yang terjadi pada hari sebelumnya? Sungguh pemandangan ukhuwah yang indah tak tergambarkan.  Sampai di sana, Muadz segera merangkul Umar dan memeluknya kuat, bahkan air mata Muadz pun mengalir dan terisak menceritakan mimpinya tadi malam yang begitu kuat mengingatkannya.

“Wahai Umar, malam tadi saya bermimpi masuk kolam yang penuh dengan air, hingga saya cemas akan tenggelam. Untunglah Anda datang, dan menyelamatkan saya . . . . !”
Nampaknya mimpi tersebut membuat Muadz ingin segera menuruti usulan Umar bin Khaththab untuk membagi dua harta kekayaannya yang diperoleh dari Yaman.  Maka keduanya pun segera menghadap Abu Bakar, dan Mu’adz pun mengutarakan niatnya, meminta kepada khalifah untuk mengambil seperdua hartanya.

Namun apa jawab khalifah Abu Bakar yang mulia? Khalifah yang timbangan imannya tak tertandingi oleh penghuni bumi ini menolak dengan tegas, ia mengatakan : “Tidak satupun yang akan saya ambil darimu”.  Abu Bakar tahu dan yakin bahwa Muadz memperoleh kekayaan dari jalan yang baik, maka ia tidak ingin mengambil satu dirham pun dari harta sahabatnya tersebut, yang itu berarti kezhaliman dan akan berbuah kehinaan di akhirat.

Muadz belum puas dengan jawaban sang khalifah, ia pun menoleh dan meminta pendapat Umar bin Khaththab, ia teringat dengan mimpinya semalam yang begitu mendebarkan. Apa komentar Umar sebagai pihak yang mengawali usulan pembagian harta tersebut, ia berujar singkat : “ Cukup .. sekarang harta itu telah halal dan jadi harta yang baik”.  Subhanallah, kegelisahan pun berakhir dengan kehangatan ukhuwah dan kemuliaan iman.
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian dan masalah, mari kita ambil inspirasi dan semangat dari kisah di atas yang melibatkan tiga sahabat yang mulia :

Pertama : Sosok Muadz yang cerdas dan santun. Dengan kesungguhannya ia bisa memperoleh kekayaan yang luar biasa di usia muda ( beliau meninggal usia 33 tahun di masa Umar), dari jalan yang halal dan jauh dari syubhat. Meski demikian, beliau seorang yang lembut hatinya dan perasa, sebuah mimpi di malam hari mampu membuatnya berubah dari sikap teguh pendiriannya atas usulan Umar.

Kedua : Abu Bakar memberikan contoh pada kita tentang kebijaksanaan dan kecermatan dalam berfikir. Tidak tergesa bersikap meski terlihat penuh kemaslahatan. Beliau juga tegas menolak segala tawaran dan kebijakan yang bernuansa kezhaliman.

Ketiga : Umar adalah teladan dalam sikap waro, kehati-hatian dan mawas diri, sekaligus ketegasan yang luar biasa. Dialah sosok yang terlihat angkuh di hadapan kekayaan sebagian sahabat. Para panglima perang yang bertaburkan kemenangan dan pakaian nan indah pun dihinakan oleh Umar dengan lemparan kerikil di wajah mereka. Dia adalah negarawan yang cerdas dan teliti melihat kepiawaian para aparat di bawahnya.
Tidak ada lagi kalimat yang tersisa kecuali mari segera berusaha mencontohnya.
Semoga bermanfaat dan salam optimis.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/09/19/14809/inspiring-muadz-bin-jabal-dai-muda-yang-kaya-raya-dan-lembut-hati/#ixzz43hHQJN7T 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Senin, 21 Maret 2016

Salim A Fillah : Bekerja itu Ibadah, Rezeki itu Urusanya Allah

0

Sayidah Hajar, Istri Nabi Ibrahim Alaihi Salaam itu ketika diuji oleh Allah Subhanahu Wataala, bayi Ismail menangis sementara air susunya sudah habis. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya Sayidah Hajar berlari naik keatas bukit Safa, adakah orang yang bisa dimintai pertolongan. Kemudian melihat kebawah, adakah mata air yang memungkinkan untuk diambil. Kemudian Sayidah Hajar berlari kearah bukit Marwah, balik lagi ke Safa dan terus berulang sampai tujuh kali. Setelah keletihan yang memuncak, ternyata mata air Zam-Zam muncul dibawah kaki Nabi Ismail”.
Sepenggal kisah Sayidah Hajar mencari rezeki dengan melakukan ikhtiar berlari, ternyata Allah berikan rezeki dari tempat yang tidak terduga. Demikianlah Allah memberikan rezeki bagi orang yang bertaqwa dari jalan yang tidak terduga, tidak selalu melalui jalan Ikhtiarnya, dimana tempat rezeki itu berada terserah Allah. Tugas kita hanya beribadah dan bekerja sesuai dengan arahan Allah.
Antara bekerja dan rezeki, bukanlah dua hal yang selalu harus menjadi hukum sebab akibat, karena rezeki kadang perlu kita tafakuri. Rasulullah pernah bersabda bahwa “Sesungguhnya rezeki itu akan mecari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.”
Imam Al Ghazali pernah mengucapkan bahwa bisa jadi engkau tidak tau dimana rezekimu, namun rezekimu tau dimana engkau. Jika rezeki itu ada dilangit maka Allah akan turunkan, jika rezeki itu berada didalam bumi maka Allah akan perintahkan untuk muncul supaya berjumpa dengan kita.
Rezeki itu punya perjalananya dan perjalanan rezeki menuju kita terkadang lebih dahsyat. Sebagai contoh sederhana adalah bagaimana Allah kirimkan makanan sebagai rezeki seekor Cicak, semua yang dimakan cicak adalah binatang yang terbang, sedangkan Cicak hanya bisa menempel di dinding. Namun ketika Allah sudah perintahkan rezeki itu mendekat, maka dengan cepat mendekat.
Maka sudah jelas bahwa rezeki itu sudah dijamin oleh Allah, sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan, yang perlu kita khawatirkan adalah  pertanyaan atas rezeki itu sendiri. Rezeki yang Allah berikan kepada kita itu digunakan untuk apa. Jadi yang terpenting bukan punya apa, namun kita harus memiliki jawaban ketika rezeki Allah itu datang, buat apa?
Dikutip dari ceramah Ustadz Salim A Fillah

Aku, Tarbiyah, dan Dakwah Kampus

0

Sudah sekitar tiga tahun aku masuk kampus, tinggal di dalamnya. Menjadi makhluk yang turut meramaikan kegiatan-kegiatan di dalamnya –entah itu hanya sekadar ikut-ikutan atau memang turun tangan karena sudah berpikir masak. Dalam masa tiga tahun yang terlewati, ada banyak hal baru tentang dakwah yang tidak pernah aku dapati di bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Mungkin karena kompleksitas komponen dari kampus itu sendiri yang membuat dakwah di kampus terasa berkali-kali lipat menjadi lebih kompleks pula. Keheterogenan karakter setiap mahasiswanya, asal yang berbeda-beda, yang juga diiringi puncak dari perkembangan kognitif seorang manusia. Maka seseorang yang menisbatkan dirinya sebagai aktivis dakwah kampus haruslah mampu berpikir lebih kritis, juga lebih kreatif dalam menghadapi mad’u-mad’unya.

Memang begitu faktanya, pada akhirnya ada sangat banyak lini dibentuk hanya untuk menyampaikan ayat-ayat suci Alquran. Mulai dari lini yang akan sangat gamblang mengatakan halal-haram, hingga yang menyamarkannya. Ada banyak posisi yang harus diisi dari berbagai lini agar jumlah aktivis dakwah kampus yang sedikit ini mampu ‘memanjangkan’ tangannya untuk mencapaimad’u yang kelihatannya tak terjangkau bila hanya menggunakan dua tangan saja. Pada praktik lapangannya, aktivis dakwah kampus memang terlalu sibuk mengejar dan mengisi posisi ini. Sibuk memberikan pelayanan terbaik untuk ummat, meski entah niatnya masih lurus karena Allah, atau sudah bias dengan ego yang menginginkan pengakuan eksistensi semata. Di sinilah perantarbiyah bermain.

Tarbiyah menjaga seorang aktivis dakwah kampus selama masa amanahnya di kampus. Seharusnya, dengan tarbiyah –entah itu berupa tarbiyah dzatiyah ataupun forum pekanan, mampu menjaga lurusnya niat seorang aktivis dakwah kampus dalam beramal. Pun mampu menjaga konsistensi iman seorang aktivis dakwah yang acapkali naik turun. Hanya saja, tarbiyah itu didapat jika memang seorang aktivis dakwah merasa membutuhkannya. Ia hanya mampu mengakomodasi kebutuhan tarbawi seseorang bila memang orang tersebut membutuhkannya. Hingga akhirnya ia mampu memaknai setiap proses sebagai proses tarbiyah dari Allah. Jika tidak, yang namanya forum pekanan hanyalah sebagai rutinitas atau lebih parahnya lagi hanya pengisi waktu luang. Bagaimana seorang aktivis dakwah kampus mampu menyentuh hati –paling tidak, satu mad’u jika ia saja tidak memaknai proses tarbiyah itu sendiri.

Kebutuhan. Bukan lagi hanya sebuah keinginan apalagi untung-untungan. Memaknai proses tarbiyah dan mendapatkan kepahaman akan prosesnya tidak didapat hanya karena menginginkannya, apalagi untung-untungan. Jika sudah merasa mampu memaknai proses tarbiyah –yang tentu saja, tercermin dalam akhlak (karena akhlak adalah buah dari iman), maka itu adalah sebuah nikmat tersendiri dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang haus akan hidayah. Murabbi saya selalu mengatakan bahwa memaknai, pemaknaan, memahami, dan pemahaman adalah sebuah nikmat tersendiri yang tidak semua orang dapat. Lagi-lagi, hidayah adalah privilage Allah semata. Pun pemaknaan dan pemahaman juga bisa dibilang suatu hidayah.

Dan bahwa pemaknaan juga pemahaman tidak didapat hanya dari duduk dan mendengarkan murabbi atau kajian. Ada proses berpikir di sana. Ada proses mengkontemplasikan ayat-ayat Allah di dalamnya. Di sinilah tarbiyahnya. Di sinilah yang membedakan kualitas orang perseorangan aktivis dakwah dalam berdakwah. Berbeda dalam membutuhkan, atau hanya sekadar menginginkan. (dakwatuna.com/hdn)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/03/03/79388/79388/#ixzz43W2mQkvp Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Semanis Perjuangan Dakwah Sekolah

0

Dakwah Sekolah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Tunas Bangsa merupakan aset berharga bagi kebangkitan Islam. Berdakwah di dalamnya menjadi sebuah perjuangan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Di sisi lain seringkali muncul sebuah pertanyaan: mengapa perlu berdakwah kepada pelajar? Tentu. Pelajar mempunyai andil besar dalam menyumbangkan pemikiran dan pergerakan di lapangan. Mereka adalah generasi muda yang ikut andil dalam menyusun batu bata – batu bata demi sebuah bangunan yang kokoh, di mana tujuan akhirnya adalah perwujudan khairu ummah. Di usia mereka yang masih belia, berdakwah pada pelajar dapat menggiring mereka untuk lebih produktif dan kritis dalam mengembangkan ide-ide segarnya. Jumlahnya yang sangat massif akan semakin bermanfaat ketika arah kerja mereka didukung dengan manhaj dakwah sekolah yang ideal.

Menjadi seorang ikhwah yang telah ditempuh tarbiyah bertahun-tahun sejatinya mampu membuka pandangan kita tentang syumuliyatul Islam, kesempurnaan Islam dalam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia begitu jelas, sejak dari masalah aqidah, kehidupan sehari-hari, hingga aspek ekonomi dan politik. Pemahaman
akan Syumuliyatul Islam ini akan lebih terhujam pada diri seseorang salah satunya melalui pendinian tarbiyah. Inilah alasan mengapa pembinaan tarbiyah menjadi esensial di ranah dakwah sekolah. Harapannya mereka yang  telah menempu pendinian tarbiyah sejak SMP, SMA atau bahkan SD kelak dapat melanjutkan dakwah mereka di berbagai ranah yang ada, dan ketika menjadi mahasiswa mereka akan lebih kuat dalam menghadapi berbagai ideologi yang menyerang di ranah kampus.

Dalam membina para tunas bangsa, ibaratkan mereka adalah benih-benih segar yang sangat berkualitas, meski begitu kemampuan memahami dan berintima’ pada suatu ideologi masing-masing mempunyai kadar yang tidak sama. Sehingga penting adanya sebuah stakeholder dan pengarah yang berperan aktif sebagai organisator serta membuat konsep-konsep dakwah di sekolah bagi tunas bangsa yang mudah dipahami dan mendukung tujuan besar kita yaitu Ustadziatul Alam.

Seperti halnya dakwah kampus, dakwah sekolah pun terlahir dari rahim perjuangan, di mana jumlah para murabbi dan binaan yang harus diampu sering tidak seimbang, problema yang mereka hadapi pun tidak ringan, pelajar seringkali dekat dengan tawuran, narkoba, korban perang pemikiran dan berbagai pihak dari luar yang menentang adanya pembinaan kepada pelajar. Para binaan yang diampu pun tidak hanya mereka yang masih berstatus siswa, namun juga para alumni yang masih membina tetap di dakwah sekolah.

Menjadi sebuah keniscayaan ketika jumlah para kader dakwah sekolah semakin menipis, banyak dari kader yang terbina memilih untuk melanjutkan estafet dakwahnya di ranah kampus, yang menjadi evaluasi ketika banyak aktivis dakwah kampus sudah enggan menggarap sekolah, padahal jarak dan waktu masih memungkinkan. Pernah suatu ketika mendengar cerita bahwa seorang aktivis enggan menggarap sekolah karena karier mereka dapat lebih mumpuni kala di kampus, letaknya yang strategis dan dekat dengan eksistensi diri, ujian adanya nama besar ditakutkan akan melemahkan fitrah makna dakwah itu sendiri. Wallahu a’lam. Tentu ini tidak bisa digeneralisasikan, karena bagaimanapun dakwah kampus dan dakwah sekolah adalah satu ikatan tujuan.

Para aktivis di dakwah sekolah memang masih jauh dari sempurna, tetapi kerelaan mereka untuk tetap membina jundi-jundi muda dengan jumlah murabbi yang terbatas di tengah aktivitas mereka yang jauh dari dunia sekolah menjadi renungan tersendiri bagi kita bahwa dakwah sekolah perlu diperjuangkan. Ya, sampai sekarang aktivis di dalamnya masih terus mengekspansi berbagai sekolah agar terus berkembang dan terbina secara berkesinambungan. Harapannya semakin banyak generasi muda yang terbina dan tumbuh kuat dari sisi tarbawi maupun haraki hingga  para simpatisan yang aktif dalam kegiatan jamahiri.

Pada akhirnya, setiap kader yang terlahir dari rahim perjuangan dakwah sekolah sepatutnya bersyukur karena diberi kesempatan oleh Allah untuk melanjutkan estafet dakwah ini, menyusun batu bata yang baik hingga menjadi pondasi-pondasi yang kokoh. Insya Allah. Wahai saudaraku  tetaplah bersemangat meski kau lelah mencari pembina ke sana-sini, meski waktu, jarak bahkan materi seringkali menjadi hambatanmu dalam berjuang. Pun bila kau ditanya tentang semangat, jawablah bahwa bara itu masih tersemat dalam dadamu, api itu masih bersemayam dalam dirimu, dan ingatilah bahwa janji-janji-Nya adalah yang kita tuju.



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/03/14/47200/semanis-perjuangan-dakwah-sekolah/#ixzz43W0ywZqh 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Minggu, 20 Maret 2016

DANA USAHA DAKWAH

0

Tak ku sangka, aku mendapat amanah baru untuk menjadi bagian dari keluarga yang luar biasa ini, untuk bersama menjalankan usaha yang telah dirintis oleh pejuang terdahulu, meninggalkan banyak pelajaran untuk kami, yang dipertemukan dalam satu keluarga Divisi Fundrising and Marketing. Amanah baru, semangat baru dengan niat ikhlas mengembangkan usaha ini agar dapat memberi manfaat lebih baik untuk dakwah.  Niat-seperti dikatakan sebagian orang-adalah bisnisnya para ulama. Karena pahala dari suatu perbuatan bisa bertambah berkali-kali lipat jika didasari dengan niat yang ikhlas. Ikhlas mengharap ridhoNya.
Keikhlasan adalah perkara penting dalam melakukan suatu pekerjaan. Kadar ikhlas seseorang dapat menentukan hasil dari suatu usaha. Dengan niat yang ikhlas, kita dapat menjalankan aktivitas sebagai ibadah.  Contoh niat yang ikhlas dalam usaha bisa berlaku dalam lingkup pribadi maupun sosial. Salah satu contohnya, ketika aku berniat untuk mengikuti lembaga ini. Sebenarnya aku tak tahu divisi atau departemen apa saja yang ada di sana. Akan masuk di bagian apa dan menjadi apa aku pun tidak tahu. Tetapi, niatku ikhlas untuk belajar dan senantiasa meng-upgrade diri agar pantas menjadi hambaNya. Saat ini, kami dari Divisi Fundrising and Marketing sedang berupaya untuk memperbaiki sistem dan melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh para pejuang terdahulu. Semangat membara untuk mencari dana demi kepentingan lembaga ini. Lembaga Dakwah Kampus yang sudah banyak memberikan kami pengalaman dan kisah tak terlupakan.
Namun terkadang, timbul perasaan bosan dalam hatiku dengan apa yang sedang aku jalankan saat ini. Mengapa aku ditempatkan di sini? Hanya untuk berjualan dan mencari uangkah? Padahal niat awalku, ingin sekali ikut langsung berdakwah dan berbagi. Perasaan itu muncul saat aku merasa bahwa pekerjaan ini sangat melelahkan dan menyita banyak waktuku, sehingga aku tidak ingin melanjutkannya lagi. Ingin lepas dari semua ikatan yang memaksaku untuk mencari uang.
Memang hidayah Allah datang dari arah yang tak disangka-sangka. Saat itu kami sedang mencari keperluan toko dengan perjalanan yang cukup lama. Selama perjalanan, aku tersadar betapa bodohnya diriku tidak pernah bisa mengambil manfaat dari tangan Tuhan yang telah memberikanku amanah ini. Dari perjalanan ini, akau tahu bagaimana usaha dan kerja keras seorang pedagang. Lebih bersyukur atas rezeki yang masih bisa kunikmati saat ini. Teringat kembali tujuan awalku masuk lembaga ini adalah untuk mengharap ridhoNya. Anggap saja perjalanan melelahkan ini adalah salah satu hal yang dirasakan Rasulullah SAW dalam perjuangan dakwahnya dahulu. Keuntungan yang didapat akan dijadikan sebagai modal dakwah, yang mana bisa mengantarkan semua orang di dalamnya mendapatkan pahala dariNya.
Namun sayang, semangatku ini tidak menular kepada teman-temanku. Sangat miris, melihat saat ini banyak sekali teman seperjuanganku yang satu persatu berguguran di jalan dakwah yang indah ini. Sedih sekali rasanya, mengingat masa awal kami dulu berjalan bersama untuk belajar, harus berhenti ketika mereka merasa dakwah ini tak penting lagi. Sedih saat mereka lebih sibuk dengan urusan pribadi dibandingkan menyebarkan dakwah ini. Ada seorang teman, dahulu beliau sangat aktif di organisasi islam di sekolahnya dan dipercaya dalam menjalankan amanah. Hal itu berlanjut sampai saat kuliah, berdakwah di kampus. Namun  sayang sekali, semangatnya mulai menurun, aktifitasnya berkurang dan api perjuangannya tak lagi membara seperti dulu lagi. Kini dia hanya seorang aktivis biasa, yang tidak memiliki kuasa dan tidak bersemangat lagi. Karena ia lupa, lupa niat niat awalnya masuk ke lembaga ini bukan untuk kepentingannya sendiri, tetapi untuk kepentingan umat. Semua yang dijalankannya saat ini demi kemashlahatan muslim. (Sissy Nagita)

Jumat, 18 Maret 2016

Kajian Fiqih Sunnah

0

Kajian Fiqih Sunnah

๐Ÿ“œPada pekan ini akan membahas bab Thaharah (Bersuci)

✉[Undangan Spesial] ✉




ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ุฅِุฐَุง ู‚ُู…ْุชُู…ْ ุฅِู„َู‰ ุงู„ุตَّู„ุงุฉِ ูَุงุบْุณِู„ُูˆุง ูˆُุฌُูˆู‡َูƒُู…ْ ูˆَุฃَูŠْุฏِูŠَูƒُู…ْ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْู…َุฑَุงูِู‚ِ ูˆَุงู…ْุณَุญُูˆุง ุจِุฑُุกُูˆุณِูƒُู…ْ ูˆَุฃَุฑْุฌُู„َูƒُู…ْ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْูƒَุนْุจَูŠْู†ِ ูˆَุฅِู†ْ ูƒُู†ْุชُู…ْ ุฌُู†ُุจًุง ูَุงุทَّู‡َّุฑُูˆุง ูˆَุฅِู†ْ ูƒُู†ْุชُู…ْ ู…َุฑْุถَู‰ ุฃَูˆْ ุนَู„َู‰ ุณَูَุฑٍ ุฃَูˆْ ุฌَุงุกَ ุฃَุญَุฏٌ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ู…ِู†َ ุงู„ْุบَุงุฆِุทِ ุฃَูˆْ ู„ุงู…َุณْุชُู…ُ ุงู„ู†ِّุณَุงุกَ ูَู„َู…ْ ุชَุฌِุฏُูˆุง ู…َุงุกً ูَุชَูŠَู…َّู…ُูˆุง ุตَุนِูŠุฏًุง ุทَูŠِّุจًุง ูَุงู…ْุณَุญُูˆุง ุจِูˆُุฌُูˆู‡ِูƒُู…ْ ูˆَุฃَูŠْุฏِูŠูƒُู…ْ ู…ِู†ْู‡ُ ู…َุง ูŠُุฑِูŠุฏُ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„ِูŠَุฌْุนَู„َ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุญَุฑَุฌٍ ูˆَู„َูƒِู†ْ ูŠُุฑِูŠุฏُ ู„ِูŠُุทَู‡ِّุฑَูƒُู…ْ ูˆَู„ِูŠُุชِู…َّ ู†ِุนْู…َุชَู‡ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุดْูƒُุฑُูˆู†َ (ูฆ

Wahai orang-orang yang berima !Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air bertayammumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.
(QS: Al Maidah:6)

Nahhh !!!! Mau tau pembahasan lengkapnya temen2, yuukk ikutan dan berkumpul bersama di Majelis Kajian Sabtu Sore, yang di adakan oleh Badan Ta'lim FR DIPLOMA IPB.
dan menjadi mulia dengan ilmu agama✨๐ŸŒŸ


๐Ÿ—“Sabtu, 19 Maret 2016:
Kajian Fiqih Sunnahj
๐Ÿ“œPada pekan ini akan membahas bab Thaharah (Bersuci)

๐Ÿ‘ณ๐ŸปUst. Dodi Hikmawan, SE

๐Ÿ•“Pukul 16.00 s.d selesai
๐Ÿ•ŒRuang Utama Masjid Al-Ghifari

Gratis dan Terbuka untuk Umum. ๐Ÿƒ
Ajak Teman2 kost, PK,  Tetangga kalian yaah !

Kritik dan saran
Contact Person :
Ikhwan : 089695968378 (Ivan Firmansyah_TEK 52)
Akhwat :  085748605393 (Septa Silfia Mahardika_MNI 52)


Sponsor by : DKM AL-GHIFARI
Jangan lewatkan moment berharga ini yah kawan2. ๐Ÿ‘๐Ÿป

______________________________

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Media Sosial Forum Rohis Diploma IPB ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

Facebook : Rohis Diploma IPB
Instagram : @FR_DiplomaIPB 
Twitter : https://twitter.com/FR_DiplomaIPB
Line : http://line.me/ti/p/%40xwc2571s
Blog : forumrohisdiplomaipb.blogspot.com
Email : forum.rohis@gmail.com

Makna dan Kendala-kendala Ukhuwah Islamiyah

0

Makna dan Kendala-kendala Ukhuwah Islamiyah


MAKNA & KENDALA-KENDALA UKHUWAH ISLAMIYAH
(Dr. H.M. Idris A.Shomad, M.A)
Makna dan Nilai Ukhuwah
IMAN adalah dasar ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Islamiah adalah bagian dari Prinsip Iman. Karenanya seringkali kita dapati pesan-pesan Nabi tentang aplikasi nilai ukhuwah disanding dengan kesempurnaan iman seseorang, antara lain dalam beberapa hadits berikut :
( ู„ุงูŠุคู…ู† ุฃุญุฏูƒู… ุญุชู‰ ูŠุญุจ ู„ุฃุฎูŠู‡ ู…ุง ูŠุญุจ ู„ู†ูุณู‡ )
Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhori dalam kitab shahihnya Bab: al-Iman no: 12 dan Imam Muslim dalam kitab shahihnya Bab: Iman no: 64).
( ู…ู† ูƒุงู† ูŠุคู…ู† ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ูŠูˆู… ุงู„ุขุฎุฑ ูู„ุง ูŠุคุฐ ุฌุงุฑู‡ ูˆู…ู† ูƒุงู† ูŠุคู…ู† ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ูŠูˆู… ุงู„ุขุฎุฑ ูู„ูŠูƒุฑู… ุถูŠูู‡ ูˆู…ู† ูƒุงู† ูŠุคู…ู† ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ูŠูˆู… ุงู„ุขุฎุฑ ูู„ูŠู‚ู„ ุฎูŠุฑุง ุฃูˆ ู„ูŠุตู…ุช )
Siapa yang berima\n kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia memuliakan tetamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam (HR. Bukhari Muslim).
Nilai Ukhuwah (persaudaraan) juga dapat dilihat dari sebutan Ibadullah (hamba-hamba Allah) sebagai sebutan kehormatan bagi yang bersaudara, dalam sebuah hadits Nabi saw:
( ..... ูˆูƒูˆู†ูˆุง ุนุจุงุฏ ุงู„ู„ู‡ ุฅุฎูˆุงู†ุง ... )
Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudarA (HR. Bukhari no: 5605 Muslim no: 4641).
Lebih dari itu, keluhuran dan keagungan makna dan nilai ukhuwah Islam, bahwa ukhuwah bukan sekadar anjuran dan himbauan, tetapi ia merupakan perintah yang mesti ditaati. Justru itu, pelanggaran terhadap nilai-nilai ukhuwah berdampak pada siksa dan murka Allah, firmanNya:
( Hai orang-orang beriman, jangan suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi merka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok), demikian para wanita jangan mereka mengolok-olok kaum wanita yang lain, (karena) boleh jadi mereka lebih baik dari mereka ( yang mengolok-olok), jangan kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya adalah saudaramu), jangan kamu panggil dengan sebutan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zhalim ( QS. al-Hujurat: 11 ).
Rasulullah saw bersabda:
( ุณุจุงุจ ุงู„ู…ุณู„ู… ูุณูˆู‚ ูˆู‚ุชุงู„ู‡ ูƒูุฑ )
Menghina orang muslim adalah kefasikan, sedangkan membunuhnya merupakan kekafiran
( HR Bukhari, Bab Adab 5584 dan Muslim, Bab: Iman no: 97 ).

( ุจุญุณุจ ุงู…ุฑุฆ ู…ู† ุงู„ุดุฑ ุฃู† ูŠุญู‚ุฑ ุฃุฎุงู‡ ุงู„ู…ุณู„ู… ูƒู„ ุงู„ู…ุณู„ู… ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุณู„ู… ุญุฑุงู… ุฏู…ู‡ ูˆู…ุงู„ู‡ ูˆุนุฑุถู‡ )
Cukuplah keburukan/dosa seseorang, bahwa ia menghina saudaranya muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya (citra baiknya) (H.R Muslim Bab: al-Birr wash-shilah wal Adab no: 4650).
Seluruh perbuatan manusia dilaporkan (oleh malaikat) dalam sepekan dua kali, yakni hari Senin dan Kamis, lalu diampuni dosa setiap hamba mukmin, kecuali hamba yang mempunyai permusuhan dengan saudaranya, sehingga mereka berdamai ( HR.Muslim, Bab:al-Birr,no: 4654).

KENDALA-KENDALA UKHUWAH
Prinsip Ukhuwah bukan sesuatu utopis, bukan pula suatu hal yang mustahil diwujudkan, meskipun mewujudkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam kenyataannya, setiap yang bernilai agung dan berkualitas tinggi memerlukan usaha gigih, perjuangan dan pengorbanan; oleh sebab itu mewujudkan nilai-nilai ukhuwah islamiyah menghadapi kendala-kendala yang mesti dicermati dan ditangani secara jujur dan serius serta sabar.
Setidaknya ada 3 kendala yang dihadapi setiap mukmin di dalam merealisasi nilai-nilai ukhuwah islamiyah, yaitu:

(1) Jiwa Yang Tidak Dirawat.
Ukhuwah Islamiyah sangat erat dengan keimanan. Iman merupakan sentuhan hati dan gerakan jiwa; karenanya jiwa dan hati yang tidak diperhatikan atau jarang diperiksa atau tidak dibersihkan akan menjadi lahan subur bagi munculnya virus-virus jiwa yang membahayakan kalangsungan ukhuwah, seperti: takabur, hasud, dendam, cenderung menzholimi, kemunafikan dll.
Virus jiwa memang sulit diditeksi sebagaimana virus-virus penyakit jasmani. Biasanya orang tidak merasa dengan adanya virus tersebut kecuali setelah muncul dampak serangan virus itu, kecuali mereka yang terawat hati dan jiwanya, karena ia memiliki sensitifitas terhadap virus-virus tersebut, sebagaimana firman Allah swt: (Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa maka Allah akan memberimu daya furqon yakni pembeda yang baik dan buruk ).
Betapa banyak orang tidak memahami adanya virus ukhuwah pada dirinya, kecuali setelah ia merasakan bahwa orang-orang di sekitanya membencinya, tidak senang kepadanya.
Oleh karenanya, proses pembersihan hati dan merawat jiwa hendaknya dilakukan secara intens dan kontinyu, agar nilai-nilai ukhuwah dapat terpatri pada diri setiap hamba Allah yang mukmin.

(2) Lidah Yang Tidak Dikendalikan.
Menjaga lidah dengan berkata baik dan jujur serta menjaui kata-kata merusak dan tercela, merupakan salah satu indikasi takwa kepada Allah swt. Firman Allah swt :
{ ูŠุงุฃูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุขู…ู†ูˆุง ุงุชู‚ูˆุง ุงู„ู„ู‡ ูˆู‚ูˆู„ูˆุง ู‚ูˆู„ุง ุณุฏูŠุฏุง(
Wahai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar (Q.S. al-Ahzab: 70 ).
Bahkan memelihara lidah merupakan tanda kesempurnaan iman, sabda Nabi saw : (Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam ).
Karenaya lidah tidak boleh lepas kontrol, berfikir positif dan cermat sebelum berbicara dan bersikap merupakan sikap orang bijak. Seringkali lidah tanpa kontrol dan berbicara tanpa berfikir menyebabkan perselisihan dan permusuhan di masyarakat. Kata orang “Memang lidah tak bertulang”
Dengan lisan orang bisa tersinggung, merasa tidak dihargai, merendahkan orang lain, menyebut-nyebut aib seseorang dan sejumlah racun ukhuwah lainnya yang keluar dari mulut yang tidak dikendalikan.
Suatu saat shahabat Abu Bakar r.a. lewat di depan 3 orang shahabat “non-Arab” ( Salman, Shuhaib dan Bilal) yang sedang asyik membincangkan kegagahan dan kepahlawanan para pedang Allah menghadapi Abu Sofyan (tokoh Quraisy sebelum masuk Islam) seraya mereka berkata: “Sungguh pedang-pedang Allah tak kan gentar menghadapi Abu Sofyan. Mendengar kata Abu Sofyan, langsung Abu Bakar menanggapi: Apakah kalian membincangkan seorang dari tokoh Quraisy ? Setelah Rasulullah saw mendengar berita tersebut, beliau meminta Abu Bakar untuk kembali menemui 3 shahabat tadi untuk meminta maaf, kata beliau: Barangkali engkau membuat merekmarah ( karena kata-katamu).
Maksud pinta Rasulullah adalah agar setiap umat berhati-hati dalam berkata-kata dan tetap memelihara kebersihan hati dan keluhuran jiwa.
(3) Lingkungan Yang Kurang/Tidak Kondusif.
Kepribadian seseorang seringkali dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Apalagi seseorang yang tidak memiliki kemampuan ta’tsir (mempengaruhi orang lain), sehingga dengan mudah ia dipengaruhi lingkungan dimana ia harus berinteraksi. Oleh sebab iotu Allah memerintahkan Nabi saw untuk senantiasa bersabar bersama orang-orang yang multazim (komitmen) dengan ajaran Allah, senantiasa taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt, firmanNya:
( Bersabarlah bersama mereka yang selalu berdoa kepada Allah di pagi dan petang hari, jangan sekali-kai engkau berpaling dari mereka) QS al-Kahfi: 28.

Nabi Muhammad saw pun meninggalkan pesan-pesan berharga buat umatnya dalam sebuah hadits:
( ู…ุซู„ ุงู„ุฌู„ูŠุณ ุงู„ุตุงู„ุญ ูˆุงู„ุฌู„ูŠุณ ุงู„ุณูˆุก ูƒุญุงู…ู„ ุงู„ู…ุณูƒ ูˆู†ุงูุฎ ุงู„ูƒูŠุฑูุญุงู…ู„ ุงู„ู…ุณูƒ ุฅู…ุง ุฃู† ูŠุญุฐูŠูƒ ูˆุฅู…ุง ุฃู† ุชุจุชุงุน ู…ู†ู‡ ูˆู…ุฅู…ุง ุฃู† ุชุฌุฏ ู…ู†ู‡ ุฑูŠุญุง ุทูŠุจุฉ ูˆู†ุงูุฎ ุงู„ูƒูŠุฑ ุฅู…ุง ุฃู† ูŠุญุฑู‚ ุซูŠุงุจูƒ ูˆุฅู…ุง ุฃู† ุชุฌุฏ ุฑูŠุญุง ุฎุจูŠุซุฉ )
Perumpamaan orang yang shalih dengan orang yang tidak shalih ibarat pembawa minyak wangi dan peniup bara, Pembawa minyak wangi bisa memberikan minyak itu kepadamu, atau kamu membeli darinya atau (minimal) kamu memperoleh harum wangi itu. Peniup bara api bisa membakar bajumu atau kamu memperoleh bau tak sedap ( HR Muslim, Bab: al-Birr dst, no: 4762).
Suasana dan lingkungan yang tidak baik merupakan salah satu faktor utama keretakan hubungan persaudaraan orang-orang yang beriman. Lingkungan yang terdapat saling hasud, budaya pamer, sikap riya’ dan hedonis, materialistis, prilaku desturkti, senang menyebar fitnah, hobi bergunjing, menyebar gosip dan isu tidak benar. Semua itu adalah penyakit-penyakit lingkungan yang merusak dan mematikan keharmonisan hubungan personal dan komunal pada masyarakat muslim.
"Sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. " (QS.Al-Hujuraat:10)

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html